[Prinsip ilmu hadits dalam penerimaan berita di era modern

[Prinsip ilmu hadits dalam penerimaan berita di era modern]

Mari kita coba terapkan 5 syarat keabsahan (kebenaran) sebuah hadits dalam penerimaan berita di masa sekarang.

1. Periwayat berita harus adil (jujur). Jika kita terapkan di masa sekarang, maka portal berita yang dikenal suka memelintir berita, atau sering membuat hoax, sudah gugur terlebih dahulu di syarat pertama ini.

2. Periwayat harus baik hafalannya. Kalau di era digital seperti sekarang ya semisal yang suka kurang teliti dalam menerima berita, sering salah paham, meskipun jujur, gugur di syarat kedua ini.

3. Harus bersambung antar periwayatnya. Nah kalau berita yang dinukil tidak dari tangan pertama, hanya "konon" atu "katanya", atau cuma kopas tanpa tabayyun, maka tidak terpenuhilah syarat ketiga ini.

4. Harus terhindar dari kontradiksi (pertentangan) antar riwayat. Dalam hal ini, berita-berita yang terkait perlu kita kumpulan dulu dari banyak sumber yang berbeda, sebanyak2nya. Dari berbagai versi. Setelah itu jika memang berbagai sumber itu saling mendukung, maka baru benar. Jika ternyata ada pertentangan, maka belum bisa dianggap memenuhi syarat ini.

5. Harus terhindari dari perusak riwayat yang tersembunyi. Kadang sudah memenuhi empat syarat di atas pun ternyata ada sesuatu yang membuat sebuah berita menjadi rusak dan lemah derajat kebenarannya. Misalnya, di satu versi, A menerima berita itu langsung dari B, di versi yang lain, A menerimanya melalui C dulu baru B, terlebih ternyata C ini lemah. Ada pertentangan di sini, sehingga validitas berita pun kembali dipertanyakan.

Nah, itulah 5 syarat keabsahan penerimaan berita di masa sekarang jika ditimbang dari ilmu hadits. Satu saja tidak terpenuhi, maka tidak bisa dipastikan kebenarannya. Siapkah Anda menerapkannya di dunia nyata maupun maya? :)

Popular posts from this blog

Astaghfirullah hal 'adzim al ladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih

1.5 Jam Hidup didunia ini

Wahai laki-laki