Harta = Kebaikan
Oleh:
📝 Ustadz Abdullah Haidir Lc.
📋 Harta = Kebaikan
QS. Al-'Aadiyaat: 8
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ - سورة العاديات: 8
"Sesungguhnya manusia sangat bakhil karena kecintaannya terhadap hartanya."
Ayat ini berbicara tentang sebuah kenyataan tentang tabiat manusia secara umum terkait dengan hartanya. Yaitu bahwa manusia sangat cinta terhadap hartanya.
Ada pula yang menafsirkan bahwa kecintaannya terhadap harta, mendorong manusia untuk bersifat bakhil, enggan mengeluar kannya di jalan Allah.
Yang menarik dari ayat tersebut adalah bahwa Allah menyebutkan harta dengan ungkapan (الخير) yang secara harfiah artinya 'kebaikan'.
Para ulama tafsir sepakat bahwa yang dimaksud 'kebaikan' dalam ayat di atas adalah harta. Begitu pula kata yang sama untuk makna yang sama terdapat dalam Surat Al-Baqarah: 180.
Abu Bakar Al-Jazairi mengatakan bahwa harta disebut dengan istilah 'kebaikan' berdasarkan urf (kebiasaan), maksudnya sudah dikenal di tengah bangsa Arab bahwa yang dimaksud (الخير) adalah harta, juga karena dengan harta akan dapat dilakukan berbagai kebaikan jika dikeluarkan di jalan Allah. (Tafsir Muyassar, Al-Jazairi)
Dari sini setidaknya dapat disimpulkan bahwa sebenarnya harta secara langsung bukanlah 'sumber keburukan', meskipun kenyataannya banyak manusia yang tergelincir karenanya.
Maka, enggan mencari harta dengan alasan agar tidak tergelincir bukanlah jawaban yang tepat, bahkan bisa jadi itu menjadi sebab ketergelinciran dari pintu yang lain.
Karena, banyak juga keburukan yang terjadi akibat kekurangan harta.
Namun yang harus diluruskan adalah sikap kita terhadap harta, bahwa dia bukanlah tujuan dan sumber kebahagiaan itu sendiri, tapi sarana untuk mendapakan kemuliaan dalam kehidupan dan merelisasikan kebaikan untuk meraih kebahagiaan.
Dengan paradigma seperti ini seseorang akan semangat berusaha meraih harta dan menyalurkannya dengan cara yang halal.