Bersyukur atau kufur?
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan ucapan Sulaiman alaihissalam tatkala melihat singgasana Ratu Balqis sudah berada di sisinya,
.
ﻫَﺬَﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ ﺭَﺑِّﻲ ﻟِﻴَﺒْﻠُﻮَﻧِﻲ ﺃَﺃَﺷْﻜُﺮُ ﺃَﻡْ ﺃَﻛْﻔُﺮُ
.
“Ini adalah karunia dari Rabb-ku untuk menguji diriku. Apakah aku bisa bersyukur ataukah justru kufur.” (Qs. an-Naml: 40)
.
“Maka pada hakekatnya berbagai kenikmatan itu adalah cobaan dan ujian dari Allah yang dengan hal itu akan tampak bukti syukur orang yang pandai berterima kasih dengan bukti kekufuran dari orang yang suka mengingkari nikmat.
.
ﻫَﺬَﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ ﺭَﺑِّﻲ ﻟِﻴَﺒْﻠُﻮَﻧِﻲ ﺃَﺃَﺷْﻜُﺮُ ﺃَﻡْ ﺃَﻛْﻔُﺮُ
.
“Ini adalah karunia dari Rabb-ku untuk menguji diriku. Apakah aku bisa bersyukur ataukah justru kufur.” (Qs. an-Naml: 40)
.
“Maka pada hakekatnya berbagai kenikmatan itu adalah cobaan dan ujian dari Allah yang dengan hal itu akan tampak bukti syukur orang yang pandai berterima kasih dengan bukti kekufuran dari orang yang suka mengingkari nikmat.
Sebagaimana halnya berbagai bentuk musibah juga menjadi cobaan yang ditimpakan dari-Nya Yang Maha Suci. Itu artinya Allah menguji dengan berbagai bentuk kenikmatan, sebagaimana Allah juga menguji manusia dengan berbagai musibah yang menimpanya. Allah ta’ala berfirman,
.
ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎ ﺍﺑْﺘَﻠَﺎﻩُ ﺭَﺑُّﻪُ ﻓَﺄَﻛْﺮَﻣَﻪُ ﻭَﻧَﻌَّﻤَﻪُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑِّﻲ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻦِ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎ ﺍﺑْﺘَﻠَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﺭِﺯْﻗَﻪُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑِّﻲ ﺃَﻫَﺎﻧَﻦِ ﻛَﻠَّﺎ…
.
“Adapun manusia, apabila Rabbnya mengujinya dengan memuliakan kedudukannya dan mencurahkan nikmat (dunia) kepadanya maka dia pun mengatakan, ‘Rabbku telah memuliakan diriku.’ Dan apabila Rabbnya mengujinya dengan menyempitkan rezkinya ia pun berkata, ‘Rabbku telah menghinakan aku.’ Sekali-kali bukanlah demikian…” (Qs. al-Fajr: 15-17)
.
Artinya tidaklah setiap orang yang Aku lapangkan (rezkinya) dan Aku muliakan kedudukan (dunia)-nya serta Kucurahkan nikmat (duniawi) kepadanya adalah pasti orang yang Aku muliakan di sisi-Ku. Dan tidaklah setiap orang yang Aku sempitkan rezkinya dan Aku timpakan musibah kepadanya itu berarti Aku menghinakan dirinya.
.
ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎ ﺍﺑْﺘَﻠَﺎﻩُ ﺭَﺑُّﻪُ ﻓَﺄَﻛْﺮَﻣَﻪُ ﻭَﻧَﻌَّﻤَﻪُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑِّﻲ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻦِ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎ ﺍﺑْﺘَﻠَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﺭِﺯْﻗَﻪُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑِّﻲ ﺃَﻫَﺎﻧَﻦِ ﻛَﻠَّﺎ…
.
“Adapun manusia, apabila Rabbnya mengujinya dengan memuliakan kedudukannya dan mencurahkan nikmat (dunia) kepadanya maka dia pun mengatakan, ‘Rabbku telah memuliakan diriku.’ Dan apabila Rabbnya mengujinya dengan menyempitkan rezkinya ia pun berkata, ‘Rabbku telah menghinakan aku.’ Sekali-kali bukanlah demikian…” (Qs. al-Fajr: 15-17)
.
Artinya tidaklah setiap orang yang Aku lapangkan (rezkinya) dan Aku muliakan kedudukan (dunia)-nya serta Kucurahkan nikmat (duniawi) kepadanya adalah pasti orang yang Aku muliakan di sisi-Ku. Dan tidaklah setiap orang yang Aku sempitkan rezkinya dan Aku timpakan musibah kepadanya itu berarti Aku menghinakan dirinya.