Menyembuhkan Hati yang Terluka
"Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.
Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia
tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang
percaya (kepada janji Allah).” (QS. Al Qashash :
10)
Pada juz 20, kita akan membicarakan salah satu
ayat kesukaan saya, dari surat Al-Qashash yang
membicarakan tentang Ibunya Nabi Musa. Saya
pilih ayat ini karena terasa sangat dekat dengan
hati saya, karena beberapa alasan dan yang hal
terpentingnya adalah setiap manusia pernah
mengalami pengalaman yang membuat trauma.
Ada yang merasa sakit karena kehilangan orang
yang dicintai, karena rasa sakit yang diakibatkan
oleh ucapan orang yang kita cintai. Misalnya yang
dikatakan orang tua kita atau yang kita katakan
pada orang tua kita. Kata yang menyakitkan yang
diucapkan anak kita, atau yang diucapkan oleh
sepasang suami istri, atau yang diucapkan oleh
teman atau karena pengalaman yang membuat
trauma seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan
rumah atau yang lebih buruk lagi.
Beberapa orang di dunia hidup dalam keadaan
yang memilukan yang tak dapat kita bayangkan
penderitaannya. Beberapa anak hidup menderita,
yang saya bahkan tak bisa bayangkan bila anak
saya yang mengalaminya. Itulah kenyataan yang
dihadapi oleh beberapa orang dan ayat yang satu
ini, bagi saya, adalah ayat yang sangat
memberikan harapan. Karena bila seseorang
terluka, bila orang terluka perasaannya, mereka
merasa tak akan dapat sembuh dan tak bisa
kembali menatap hidup lagi.
Ibunya Nabi Musa dihadapkan dengan ujian yang
amat luar biasa berat, ia harus menaruh bayinya di
air. Seorang Ibu harus menaruh bayinya di air, itu
bukanlah suatu hal yang dapat dibayangkan oleh
seorang Ibu. Dia hanya punya dua pilihan, melihat
anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan
matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang
belum teruji anti air lalu ia jatuhkan keranjang ke
sungai. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, ketika
ia menaruh bayinya di air sungai, ia lakukan atas
ilham, yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala
karena perasaannya tak mampu melakukannya,
maka Allah bantu ia melakukannya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan menjadi
kosonglah hati ibu Musa.’
Karena rasa trauma melepas anaknya pergi
mengalir di air sungai dan tidak bisa bersamanya
lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya,
apakah ia akan tenggelam, apakah ia akan
tertangkap oleh tentaranya Fir’aun, apakah
keranjangnya akan terbalik, ia tak tahu. Hal
terburuk mungkin terlintas dipikirannya, hati ibunya
Musa menjadi kosong, hatinya menjadi kosong.
Ketika seseorang mendengar kabar buruk, dan
yang kamu lakukan adalah melambaikan tanganmu
di depan mukanya tapi ia tak berkedip, tak
berbicara, cuma bisa diam, perasaannya lumpuh.
Itulah kondisi ibunya Musa saat itu. Hampir saja ia
buka rahasianya, dia hampir saja berlari dan
berteriak “Itu bayi saya, itu bayi saya”, tapi kalau
ia berteriak, maka bayinya akan dibunuh lalu Allah
berfirman, ‘Seandainya tidak Kami teguhkan hati-
Nya, jika tidak Kami ikat hatinya.’ Allah jadikan
hatinya yang tadinya bergelora (fuad) dan di ayat
yang sama, Allah gunakan kata lain dari ‘fuad’
yakni kata ‘qalb’, lalu Allah jadikan hatinya tenang,
membuatnya kembali ke kondisi normal. Allah
katakan, bahwa ia mampu melakukannya.
Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma,
dan ia tak bisa pulih. Kenapa tidak bisa? Karena
Allah tak melepaskan hatinya, Allah belum
melepasnya. Terkadang manusia memang tak
memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini,
tapi dari ayat ini kita tahu bahwa Allah dapat
menyembuhkannya. Kamu mungkin berkata,
“Perasaan saya tak bisa untuk memaafkan kamu”,
tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa jadikan
hatimu mampu melakukannya. Kamu mungkin
berfikir, “Saya sangat terpukul atas apa yang
terjadi, tidak mungkin saya bisa kembali ke
kehidupan saya”, tapi keimananmu kepada Allah
itu cukup untuk membuatmu kembali kepada
hidupmu. “…………….seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang
percaya (kepada janji Allah).”
Ibu mana yang tidak trauma bila melihat bayinya
dihanyutkan di sungai dan tak bisa melihatnya
lagi? Bagaimana dia bisa pulih? Tapi Allah berikan
kekuatan di hatinya. Tak hanya dia bisa pulih,
bahkan ia pun bisa berfikir jernih setelahnya untuk
kemudian mengirim saudarinya (mencari tahu
Musa). Ia sama sekali tak akan bisa berfikir, jika
Allah tak campur tangan. Maka Allah akan turut
campur tangan atas kondisi perasaan kita.
Ibunya Musa bukanlah seorang nabi namun ia
adalah orang yang beriman. Yang artinya ini
kesempatan bagi kita juga. Apapun trauma yang
kamu hadapi, ketahuilah, bahwa Allah dapat
campur tangan untuk memberi ketenangan dalam
fikiran ketenangan dalam hatimu dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun dapat memberimu
kedamaian lagi. Apakah itu kegelisahan, ketakutan,
kesedihan ataupun kemarahan. Apapun perasaan
atau kejadian yang melukaimu. Allah dapat
menghilangkan luka itu sepenuhya.
Saya berdoa agar kamu bisa memintanya kepada
Allah, agar dapat menghilangkan luka itu. Dan
semoga Allah dapat memberimu kekuatan di hati,
sehingga dapat menjadikanmu orang yang benar-
benar beriman yang hidup dalam keadaan spiritual
dan emosi yang sehat. [ Syahida.com ]
Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia
tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang
percaya (kepada janji Allah).” (QS. Al Qashash :
10)
Pada juz 20, kita akan membicarakan salah satu
ayat kesukaan saya, dari surat Al-Qashash yang
membicarakan tentang Ibunya Nabi Musa. Saya
pilih ayat ini karena terasa sangat dekat dengan
hati saya, karena beberapa alasan dan yang hal
terpentingnya adalah setiap manusia pernah
mengalami pengalaman yang membuat trauma.
Ada yang merasa sakit karena kehilangan orang
yang dicintai, karena rasa sakit yang diakibatkan
oleh ucapan orang yang kita cintai. Misalnya yang
dikatakan orang tua kita atau yang kita katakan
pada orang tua kita. Kata yang menyakitkan yang
diucapkan anak kita, atau yang diucapkan oleh
sepasang suami istri, atau yang diucapkan oleh
teman atau karena pengalaman yang membuat
trauma seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan
rumah atau yang lebih buruk lagi.
Beberapa orang di dunia hidup dalam keadaan
yang memilukan yang tak dapat kita bayangkan
penderitaannya. Beberapa anak hidup menderita,
yang saya bahkan tak bisa bayangkan bila anak
saya yang mengalaminya. Itulah kenyataan yang
dihadapi oleh beberapa orang dan ayat yang satu
ini, bagi saya, adalah ayat yang sangat
memberikan harapan. Karena bila seseorang
terluka, bila orang terluka perasaannya, mereka
merasa tak akan dapat sembuh dan tak bisa
kembali menatap hidup lagi.
Ibunya Nabi Musa dihadapkan dengan ujian yang
amat luar biasa berat, ia harus menaruh bayinya di
air. Seorang Ibu harus menaruh bayinya di air, itu
bukanlah suatu hal yang dapat dibayangkan oleh
seorang Ibu. Dia hanya punya dua pilihan, melihat
anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan
matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang
belum teruji anti air lalu ia jatuhkan keranjang ke
sungai. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, ketika
ia menaruh bayinya di air sungai, ia lakukan atas
ilham, yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala
karena perasaannya tak mampu melakukannya,
maka Allah bantu ia melakukannya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan menjadi
kosonglah hati ibu Musa.’
Karena rasa trauma melepas anaknya pergi
mengalir di air sungai dan tidak bisa bersamanya
lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya,
apakah ia akan tenggelam, apakah ia akan
tertangkap oleh tentaranya Fir’aun, apakah
keranjangnya akan terbalik, ia tak tahu. Hal
terburuk mungkin terlintas dipikirannya, hati ibunya
Musa menjadi kosong, hatinya menjadi kosong.
Ketika seseorang mendengar kabar buruk, dan
yang kamu lakukan adalah melambaikan tanganmu
di depan mukanya tapi ia tak berkedip, tak
berbicara, cuma bisa diam, perasaannya lumpuh.
Itulah kondisi ibunya Musa saat itu. Hampir saja ia
buka rahasianya, dia hampir saja berlari dan
berteriak “Itu bayi saya, itu bayi saya”, tapi kalau
ia berteriak, maka bayinya akan dibunuh lalu Allah
berfirman, ‘Seandainya tidak Kami teguhkan hati-
Nya, jika tidak Kami ikat hatinya.’ Allah jadikan
hatinya yang tadinya bergelora (fuad) dan di ayat
yang sama, Allah gunakan kata lain dari ‘fuad’
yakni kata ‘qalb’, lalu Allah jadikan hatinya tenang,
membuatnya kembali ke kondisi normal. Allah
katakan, bahwa ia mampu melakukannya.
Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma,
dan ia tak bisa pulih. Kenapa tidak bisa? Karena
Allah tak melepaskan hatinya, Allah belum
melepasnya. Terkadang manusia memang tak
memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini,
tapi dari ayat ini kita tahu bahwa Allah dapat
menyembuhkannya. Kamu mungkin berkata,
“Perasaan saya tak bisa untuk memaafkan kamu”,
tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa jadikan
hatimu mampu melakukannya. Kamu mungkin
berfikir, “Saya sangat terpukul atas apa yang
terjadi, tidak mungkin saya bisa kembali ke
kehidupan saya”, tapi keimananmu kepada Allah
itu cukup untuk membuatmu kembali kepada
hidupmu. “…………….seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang
percaya (kepada janji Allah).”
Ibu mana yang tidak trauma bila melihat bayinya
dihanyutkan di sungai dan tak bisa melihatnya
lagi? Bagaimana dia bisa pulih? Tapi Allah berikan
kekuatan di hatinya. Tak hanya dia bisa pulih,
bahkan ia pun bisa berfikir jernih setelahnya untuk
kemudian mengirim saudarinya (mencari tahu
Musa). Ia sama sekali tak akan bisa berfikir, jika
Allah tak campur tangan. Maka Allah akan turut
campur tangan atas kondisi perasaan kita.
Ibunya Musa bukanlah seorang nabi namun ia
adalah orang yang beriman. Yang artinya ini
kesempatan bagi kita juga. Apapun trauma yang
kamu hadapi, ketahuilah, bahwa Allah dapat
campur tangan untuk memberi ketenangan dalam
fikiran ketenangan dalam hatimu dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun dapat memberimu
kedamaian lagi. Apakah itu kegelisahan, ketakutan,
kesedihan ataupun kemarahan. Apapun perasaan
atau kejadian yang melukaimu. Allah dapat
menghilangkan luka itu sepenuhya.
Saya berdoa agar kamu bisa memintanya kepada
Allah, agar dapat menghilangkan luka itu. Dan
semoga Allah dapat memberimu kekuatan di hati,
sehingga dapat menjadikanmu orang yang benar-
benar beriman yang hidup dalam keadaan spiritual
dan emosi yang sehat. [ Syahida.com ]